Wednesday, April 11, 2007

DH - The Inferi land

Character: Harry Potter, Ron Weasley, Hermione Granger, Remus Lupin, Peter Pettigrew, Vernon Dursley, Petunia Dursley, Dudley Dursley, Arabella Figg.

Harry Potter, names, characters and related indicia
are copyright and trademark Warner Bros., 2000
----------------------------------------------------------

—Chapter Two—
The Inferi Land


Harry hanya bisa berdiri diam. Pikirannya berpacu. Pandangannya terfokus ke televisi baru Dudley di ruang makan, yang dengan penuh ketakutan sedang menayangkan berita khusus, memotong acara favorit Aunt Petunia “Celebrity Corner”. Uncle Vernon dan Aunt Petunia menonton TV dengan atmosfer kengerian menyelubungi mereka semua. Dudley mengintip dari belakang bahu ayahnya. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang sama besar.

“... para ahli belum dapat menyimpulkan apa yang menyebabkan kehancuran misterius yang menerpa kota London dan sekitarnya. Walau dapat dilihat langsung dari liputan McKinsley yang sekarang sedang mengudara di atas London. Silahkan, Saudara McKinsley.”

Terlihat seorang pria pucat bertopi GMTV berbicara keras pada kamera melawan suara helikopter yang berkeliling diatas sisa-sisa kota London di malam yang suram ini.

“Terimakasih, Ben. Dapat kita lihat dari atas sini, apa yang telah menjadi sisa kota London. Saya dapat melihat banyak orang panik yang berusaha keluar dari kota. Hampir semua jalan raya dipenuhi mobil. Laju kecelakaan di London tidak pernah setinggi ini. Tampaknya semua orang panik dan takut akan ketidakmampuan pemerintah mengatasi terror yang menurut sebagian orang—tak terlukiskan. Bagaimana orang bisa tenang, melihat rumah-rumah dan gedung-gedung di kota mendadak runtuh, pohon-pohon tercabut dari akarnya, dan banyak penduduk yang meninggal begitu saja, tanpa ada sedikitpun bekas luka. Kota ini sudah menjadi tanah pembantaian..”

Harry bergabung dengan keluarga Dursley, tidak bisa berkata-kata. Semua anggota keluarga Dursley melihat Harry dengan pandangan aneh, namun tidak mengucap sepatah katapun. Mereka berpaling ke televisi lagi, ketika lelaki bernama McKinsley itu berbicara lagi.

“... oh ya, pemirsa dimanapun kalian berada, kami baru saja mendapat laporan dari bagian Selatan kota, mereka baru saja melaporkan tentang monster-monster besar yang sedang mengubrak-abrik kota. Ya Tuhan, tampaknya... itu... itu raksasa. Darimana muncul monster mengerikan seperti itu!” Kamera lalu diarahkan ke bagian Selatan kota, dimana dari kejauhan dapat dilihat dengan jelas sekumpulan raksasa yang sedang menghancurkan kota dengan jauh lebih efektif dari pada apapun.

“Oh, Vernon. Apa yang harus kita lakukan?” sedu Petunia penuh ketakutan, tangannya menyambar lengan besar Vernon. Namun tampaknya Uncle Vernon tidak mendengarnya.

“Apa yang sebenarnya direncanakan orang-orang di duniamu?” tuding Vernon tajam pada Harry, yang segera sadar Voldemort telah melancarkan serangannya dengan merajalela, melihat tidak ada lagi Dumbledore.

“Ini ulah Voldemort. Aku tak tahu apa sebenarnya yang dia inginkan, tapi aku rasa dia ingin menduduki kementrian sihir. Mengancam dia akan memusnahkan dunia muggle jika Mentri Sihir tidak memberikan jabatannya. Dia juga melakukan ini tahun lalu.”

“Jadi semua ini salah kalian?!” umpat Uncle Vernon. Ludahnya bersemburan. “Kami semua harus menanggung akibatnya karena kementrian bodoh kalian tidak bisa melawan satu orang pe-... penyihir bodoh?” Harry tahu Vernon masih belum bisa mengatakan kata penyihir dengan keras. Namun dia tidak peduli saat ini. Dia juga tidak begitu peduli dengan pendapat pamannya. Dan Petunia juga tampaknya demikian.

“Kita harus pergi dari sini, Vernon. Bagaimana jika raksasa itu sampai ke Surrey?” kata Petunia.

“Tapi kemana kita akan pergi?” tanya Dudley balik.

Uncle Vernon tidak menjawab satupun pertanyaan yang diajukan. Setelah terdiam sebentar, ia membuka mulutnya. Namun, sebelum ia sempat mengeluarkan isi pikirannya, terdengar teriakan dari luar. Sesuatu telah terjadi di luar Privet Drive.

Keempat orang itu bergegas keluar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi. Para tetangga tampaknya juga sedang melakukan hal yang sama. Harry melihat sekeliling, pandangannya menerawang jauh sampai semua jalan-jalan yang dapat dijangkau matanya. Tongkat sihirnya teracung siap.

Teriakan-teriakan banyak orang masih terdengar samar-samar. Harry memandang ke ujung jalan Privet Drive. Disana ia melihat sekumpulan muggle—yang dikenalnya sebagai pemilik rumah-rumah di Privet Drive—sedang berlari ke arah keluarga Dursley. Lalu sebuah ledakan keras terjadi, dan semakin banyak orang menjerit. Sebuah mobil terlempar ke udara, jatuh terbakar menimpa sebuah rumah petak bertingkat dua. Dan saat itu, Harry bisa melihat dengan jelas apa yang menjadi penyebabnya.

Dengan ngeri, dia melihat kira-kira ada ratusan inferi yang dengan jelas sudah disihir oleh pelahap maut untuk menyerang dan membunuh orang-orang. Berjalan lambat dengan langkah berat, kumpulan mayat hidup itu mulai memasuki Privet drive dan mendekati keluarga Dursley.

“Ya ampun. Apa itu?” jerit Petunia.

“Kelihatannya seperti Zombie yang di video games.” Kata Dudley dengan nada seperti ingin membuat ibunya merasa lebih baik.

“Semuanya, cepat pergi dari sini!” teriak Harry pada orang-orang di belakangnya. Tapi semua anggota Dursley tidak bergerak sedikitpun, entah karena ketakutan setengah mati atau karena mereka belum menyadari betapa bahayanya situasi sekarang. Malah, mereka bertanya balik pada Harry.

“Apa itu, Harry?” tanya Vernon dengan nada lemah, akhirnya.

“Mereka inferi. Mayat yang disihir jadi hidup. Mereka adalah suruhan Voldemort.” Kata Harry tergesa-gesa.

“Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanya Vernon lagi, melirik tongkat ditangan Harry.

“A.. aku akan mencari orang yang menyihir mayat ini. Dia pasti berada disekitar sini. Lagi pula, inferi tidak bisa membuat mobil terlempar ke atas dan meledak. Pasti itu perbuatan penyihir.”

“Tapi bagaimana jika mereka lebih dari satu orang? Dan mayat-mayat ini.. jumlahnya ratusan..” kata Petunia lebih kepada dirinya sendiri. Harry dapat mendeteksi rasa cemas dari suaranya.

Harry tidak sempat mengatakan apa-apa, ketika seorang wanita tua memanggilnya dari belakang.

“Harry! Harry!”

Harry menoleh. Dia melihat Mrs Figg berjalan terpincang-pincang ke arahnya. Beberapa ekor kucing mengikutinya dari belakang.

“Mrs. Figg.” Sahut Petunia sambil mengernyitkan keningnya. Dia tidak suka dengan kekotoran Mrs Figg, begitu juga dengan kucingnya.

“Harry, aku sudah mengirim burung hantu ke kementrian sihir. Mestinya sebentar lagi akan ada Auror yang datang.” Katanya tanpa mempedulikan Petunia.

“Right.” Kata Harry mengangguk, tapi Uncle Vernon menyelanya.

“Burung hantu? Kementrian sihir? Mrs Figg, jangan-jangan, kau juga...” katanya menunjuk Mrs Figg, yang herannya, masih mengacuhkan keluarga itu.

“Nah, Harry. Aku harus membawamu pergi dari sini. Ayo, kita ke tempat aman.”

“Tidak.” Kata Harry tiba-tiba. Semuanya berpaling melihatnya.

“Harry, apa yang kamu lakukan? Dumbledore menugaskanku untuk menjaga keselamatanmu setiap saat. Aku tidak bisa membiarkan kau disini sekarang, tidak dengan semua inferi ini.”

Harry melihat Uncle Vernon masih terpana melihat Mrs Figg, dan mulutnya dalam diam mengucapkan kata ‘Dumbledore?’. Harry juga melihat kerumunan inferi semakin dekat dan semakin banyak orang yang berlari menjauhinya, meninggalkan semua harta benda dan rumah mereka.

“Mrs. Figg. Tolong bawa keluarga Dursley pergi dari sini. Aku akan menyusul.” Lalu Harry berlari menuju inferi itu, mengabaikan panggilan “Harry!” dari Mrs Figg. Uncle Vernon bergegas memaksa semua keluarganya memasuki mobil mereka. Tampaknya ia sudah bertekad untuk lebih memilih nyawanya dari pada rumahnya.

Harry tidak takut. Ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk melawan para inferi. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, siapakah pelahap maut yang ikut datang bersama inferi ini? Apakah Voldemort datang untuk membunuhnya? Ataukah penyerangan inferi ini hanyalah kebetulan terjadi si Surrey, tempat Anak Lelaki Yang Bertahan Hidup berada?

“Bombarda!” Harry berteriak sambil mengacungkan tongkatnya ke arah para Inferi yang sudah berjarak hanya beberapa meter darinya. Ledakan yang keluar dari tongkat Harry begitu kuat sampai belasan inferi itu terlempar dan terdorong kebelakang, jatuh menimpa mayat-mayat lainnya. Lalu mereka bangun lagi, berjalan lagi dengan tampang mengerikan seakan tidak ada yang mendorong mereka. Hanya saja mayat-mayat itu sekarang mengincar Harry.

Muggle-muggle yang masih belum melarikan diri dari sana, melihat Harry dengan penuh takjub. Harry tahu ia telah melakukan sihir di depan muggle, dan dia tidak peduli, karena dia tahu kementrian sihir sekarang tidak mempedulikan hal itu sekarang, lebih sibuk mengatasi kerusuhan yang disebabkan Voldemort.

Ratusan mayat hidup yang datang bergerombol memadati rumah dan jalan di privet drive kelihatan seperti neraka orang mati. Dudley benar. Ini tampak seperti serangan zombie di malam hari.

“Circulio Flagrate!”

Api merah raksasa menyembur keluar dari tongkat Harry, kemudian bergerak seperti ular dan melingkar mengelilingi Harry sampai 3 kali. Harry menghentakkan tongkatnya, dan dia dikelilingi cincin api raksasa yang mengikuti dia kemana pun dia pergi. Malam itu mendadak terasa terang dan panas. Harry mengingat dengan jelas apa yang dilakukan Dumbledore di gua pada waktu itu. Inferi takut akan cahaya. Mereka takut akan api.

Harry melihat inferi itu menjauhi Harry, tidak berani datang terlalu dekat dengan lingkaran api harry. Memanfaatkan hal ini, Harry berlari ke tengah-tengah ratusan Inferi itu. Lingkaran apinya mengikutinya. Lalu Harry melambaikan tongkatnya membentuk lingkaran diatas kepalanya. Ia berteriak. Mantra itu dengan cepat bekerja.

Lingkaran Api itu membelah dan menyembur menuju inferius-inferius di dekatnya. Harry melihat banyak inferi yang terbakar, dan mayat-mayat itu seperti tersiksa dan tidak bisa mematikan serangan api Harry. Akhirnya mayat-mayat itu menelungkupkan tubuhnya diatas tanah. Terbakar hidup-hidup—atau mati.

Entah dari mana, tiba-tiba sebuah sinar merah menyerang Harry. Harry menghindar tepat waktu.
“Mati kau Potter!” terdengar sebuah suara kasar, namun tidak asing.

Harry tersenyum. Rencananya berhasil. Ia telah menarik perhatian pelahap maut yang datang bersama inferi itu, yang kemungkinan besar juga menyihir dan memerintahkan inferi itu. Harry melihat dari celah di antara lingkaran apinya, sosok seorang penyihir bergerak mendekati Harry. Sampai jarak tertentu, Harry akhirnya mengenalinya.

“Wormtail.” Sahut Harry dengan nada penuh kemarahan. Inilah dia, pengkhianat orang tuanya, penyebab Sirius dipenjarakan selama dua belas tahun, dan penyebab Voldemort bangkit kembali.

“Bodoh sekali kau, Potter. Kupikir akan sulit mencarimu di antara muggle-muggle bodoh ini. Tapi seharusnya aku tahu nyalimu memang besar. Aku tahu kau tidak akan lari begitu saja dari semua kekacauan ini, dan aku berterima kasih untuk itu.” Sahutnya keji. Suaranya masih berciri khas cicit tikus setelah selama ini.

“Kau datang untuk membunuhku?” tanya Harry , tongkatnya teracung siap. “Kupikir Voldemort akan menghabisiku sendirian.”

“Pangeran Kegelapan tidak tahu aku ada disini, Harry. Beliau tidak melihatku sebagai aset yang berharga lagi, belakangan ini. Menyuruhku sembunyi di rumah Snape! Aku tahu aku harus menunjukkan kemampuanku padanya, maka aku menyusun rencana ini. Aku mengumpulkan mayat-mayat selama setahun ini, untuk menjadi pasukanku. Dan aku akan membunuhmu, Harry! Dan Pangeran Kegelapan akhirnya akan mengakuiku sebagai abdinya yang paling setia, dan yang paling berguna.”

“Silakan mencoba. Jika kau bisa!” Harry menembakkan sinar merah ke arah wormtail tiba-tiba. Lingkaran apinya padam seketika.

Wormtail menangkis serangan Harry dan tertawa. Harry tahu dia tidak boleh menganggap remeh Wormtail, bagaimanapun juga, dialah orang yang telah berhasil mengutuk dua belas orang dan membuat ledakan tanpa Sirius sempat mencegahnya.

Wormtail mengangkat tangan peraknya dan mengirim kutukan mematikan ke arah Harry. Kutukan itu meleset dan menghantam rumah Dursley sampai ambruk. Harry melempar tubuhnya ke tanah, berguling dan mengarahkan lagi tongkatnya pada Wormtail dan bergumam ‘Levicorpus!’ dalam pikirannya.

Berhasil! Wormtail terbalik, tergantung dengan satu kakinya tertahan di tengah udara. Tapi tongkat Harry mendadak terbang dari genggamannya. Ternyata Wormtail telah menyucuti senjata Harry tanpa disadari Harry. Harry berlari untuk mengambil tongkatnya. Sementara itu Wormtail merapalkan mantra dengan melambaikan tongkatnya. Lalu terdengar bunyi POP! Dan Wormtail berubah menjadi seekor tikus yang terjatuh ke tanah. Akhirnya dia terlepas dari kutukan itu.

Melihat itu, Harry berlindung di belakang sebuah tembok. Dia tidak akan bisa menang melawan Wormtail tanpa tongkatnya.

Wormtail muncul tiba-tiba di depan Harry, seakan dia tahu benar dimana Harry bersembunyi. Refleks Harry menggarap pasir dan kerikil dengan tangannya dan melemparkannya ke wajah Wormtail. Wormtail berteriak dan menutup matanya yang kemasukan pasir. Mantra yang diluncurkannya pada Harry meleset. Harry menendang Wormtail dengan kedua kakinya. Tongkat Wormtail terlepas dari tangannya.

“Ini untuk ayah dan ibuku!” Sahut Harry sambil meninju wajah Wormtail. Pencarian tongkat pun terlupakan. Harry hanya ingin menyakiti Wormtail separah mungkin.

“Ini untuk Sirius!” Harry menumbuk wajah jelek Wormtail sekuat tenaga. Namun pada saat bersamaan, tangan besi Wormtail dikalungkan di leher Harry.

Harry panik. Dia tidak bisa bernafas. Tangan itu mencengkram begitu kuat sampai Harry menyangka lehernya akan patah dan dia akan mati tanpa merasa sakit.

“Selesai sudah, Harry! Kirim salamku pada James dan Sirius!”

Lalu mendadak, Wormtail terlempar. Tubuh Harry entah bagaimana telah menghasilkan suatu kejutan listrik yang sangat besar. Tangan Wormtail terlepas dan Harry terjatuh dan terengah-engah mengambil nafas.

Sedetik kemudian, tiga inferi menangkap Harry dari belakang. Mereka menarik Harry yang sudah kehilangan tenaga. Tampaknya mayat-mayat itu akan mencabik-cabik tubuh Harry. Diatas ketidakberdayaannya, Harry melihat akhir hidupnya mendekat. Wormtail mendekatinya dengan tongkat teracung tepat padanya. Harry terpojok.

“Avada Ke..”

“Impedimenta!”

Sekali lagi Wormtail terlempar. Harry berpaling dan —harapannya tiba-tiba meluap— dia melihat Hermione Granger berlari ke arahnya. Sinar terang muncul dari ujung tongkatnya, membuat wajahnya yang penuh ketakutan terlihat jelas. Lupin dan Ron muncul di belakang Hermione. Ron menggunakan tongkatnya dan mengirim sebuah mantra dari jauh. Harry merasa inferi-inferi itu terlepas darinya. Ron dan Hermione menghampirinya, membantu Harry berdiri.

“Hey.” Sapa Harry sambil nyengir pada kedua sahabatnya, yang memandang Harry dengan takut. Tubuh Harry dilumuri keringat, tanah dan darah.

“Apa yang kau pikirkan melawan ini semua?” tanya Hermione sebal. “Kau hampir mati, Harry.”

“Well, kan ada kamu yang menyelamatkan nyawaku, Hermione. Thanks Ron.”

Ron nyengir dan takjub melihat banyak mayat yang terbakar ditanah. Hermione mulai berbicara lagi tapi Harry tidak mendengarnya. Ia melihat Lupin mendekati Wormtail dengan tongkat teracung tepat ke jantungnya.

“Halo, Peter!” Harry bisa melihat ekspresi wajah Lupin ketika melihat Wormtail.

“Oh, Remus... temanku.”

“Kau bukan temanku, pengkhianat. Kau telah membuat Voldemort kembali, dan kali ini aku akan benar-benar membunuhmu.”

“Remus.. maafkan aku. Kau tidak tahu apa yang harus kami lakukan untuk bertahan hidup.. Sebagai pelahap maut..” Tiba-tiba Wormtail bertransformasi menjadi tikus dan mencoba untuk kabur.

“Awas!” teriak Harry pada Lupin, yang ternyata sudah memperkirakan hal itu.

Wormtail kembali menjadi manusia lagi, dia tersungkur di tanah dan menatap Lupin putus asa...

“Avada Kedavra!” sahut Lupin sambil memandang mata Wormtail dengan penuh kesedihan.

Wormtail tumbang. Tangan besinya menghantam tanah sama kerasnya dengan tubuhnya. Harry, Ron, dan Hermione memandang Lupin dengan kaget. Bersamaan dengan itu, semua inferi di sana ikut jatuh dan kembali tak bernyawa. Sihir di tubuh mereka telah ikut musnah.

Keheningan setelah kematian Wormtail berlangsung cukup lama. Kemudian Lupin berbalik dan berkata singkat pada Harry, “Ayo, Harry. Kita pergi.”

Harry menurut. Ron mengikuti Harry dari belakang. Matanya menatap sekilas rumah Dursley yang sudah runtuh sebagian.

“Blimey, Harry. Lihat rumah pamanmu!”

Harry memandang rumah itu sekilas dan membayangkan apa reaksi Uncle Vernon ketika ia kembali ke rumah hancurnya dengan ratusan mayat di pekarangannya.

Mau tidak mau, Harry tersenyum juga.

--------------------------------------
to be continued...

DH - Fight of The Prince

Rating: kayaknya PG-13 (untuk beberapa kekerasan dan siksaan)
Disclaimer: Semua punya JKR kecuali ide cerita.
Character: Harry Potter, Ron Weasley, Hermione Granger, Neville Longbottom, Lord Voldemort, Bellatrix Lestrange, Severus Snape.


Harry Potter, names, characters and related indicia
are copyright and trademark Warner Bros., 2000

----------------------------------------------------------------


Author's note : Ini adalah chapter kedua terakhir dalam FF Harry Potter and the Deathly Hallows versi gw. So bakal ada chapter-chapter berikutnya nanti (mungkin Chapter-chapter sebelumnya atau lanjutannya)

----------------------------------------------------------------

---Chapter kedua dari terakhir---
Fight of the Prince


Tubuh Hermione terangkat keatas dengan gemulai, seakan dalam gerak lambat Harry melihatnya. Dengan penuh kengerian, Harry teringat akan Katie Bell di Hogsmeade lebih dari setahun lalu. Belum sempat Harry mencerna ketakutannya, tubuh Hermione kemudian terlempar keluar dari pandangan seakan ditelan oleh sinar merah yang dipancarkan dari tongkat sihir Bellatrix.

“HERMIONE!!!” Ron berteriak parau. Dia bangkit dan menyangga tubuhnya dengan kedua kakinya yang terluka. Dia mengacungkan tongkatnya dengan garang dan gegabah ke arah Bellatrix, seperti seekor banteng yang mengamuk. Ron tidak menyadari, tampaknya, bahwa Alecto sudah juga bangkit dan sedang menolehkan tongkatnya pada Ron.

“Ron! Awas!” Neville berlari mendekati Ron. Tongkatnya teracung siap di tangan kirinya. “Oppugno!”

Sekumpulan silir tumbuhan liar menerjang pelahap maut itu sebelum sempat mengutuk Ron, lalu mengikatnya dengan liar jauh lebih kuat daripada Devil’s Snare. Ron tampaknya tidak menyadari Neville baru saja menyelamatkan dirinya. Harry melihat ia berlari menghampiri tubuh Hermione yang sekarang tergeletak diam.

“Hermione! Oh, Tidak! Hermione!” Ron mengguncang-guncang bahu Hermione tanpa hasil. “Ennervate! Hermione! Bangunlah.”

Harry yang sedang berada sepuluh meter dari tubuh Hermione tidak bisa berpaling terlalu lama. Kutukan yang diluncurkannya pada Amycus berhasil terelakkan. Amycus tersenyum licik.

“Cuma ini kah kemampuanmu, Potter? Pangeran Kegelapan selalu mau menghabisimu sendirian, semula aku kira kau lebih ‘spesial’ dari penyihir biasa. Ternyata kau tidak lain hanya seorang penyihir bodoh yang mencoba menyerang markas Pelahap Maut dengan bantuan segerombolan anak sekolahan. Langkah bodoh, Potter. Kau sama saja dengan bunuh diri!” Ia mengerahkan kutukan kematian pada Harry, yang sudah siap dengan serangan Amycus. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan Amycus agar bisa mengecek Hermione atau membantu Neville yang sudah mulai bertarung melawan Bellatrix.

Harry menghilang dari hadapan Amycus bahkan sebelum dia selesai mengucapkan mantra pembunuhnya. Harry muncul diatas tumpukan bangunan tidak jauh di sebelah Amycus yang ternyata tidak menyangka Harry akan ber-Apparate. Harry mempergunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

“Stupefy!” seru Harry. Amycus terlempar dan tumbang tak sadarkan diri. “Kau terlalu banyak bicara.”

Tanpa membuang waktu lagi, Harry berlari menuju Hermione dan Neville, yang jatuh hilang keseimbangan karena menghindari mantra berwarna kuning yang misterius milik Bellatrix.

“Hahaha... Kau pikir kau akan bisa mengalahkanku dengan kekuatan lemah seperti itu Longbottom?” Seru Bellatrix meremehkan ketika dia menghancurkan silir tumbuhan Neville dengan tongkat sihirnya yang dipegang erat dengan kedua tangannya. Neville bangkit lagi dengan nafas tersengal-sengal. Muka bundarnya mengerut penuh kebencian dan kemarahan.

“Expelliar...” Mantra Neville ditepis Bellatrix dengan mudah. “Kau tidak akan bisa mengalahkanku, bodoh! Crucio!”

“Arrrgggghhh!! Arrggh!”

Untuk kedua kalinya, Neville mendapat kutukan yang sama dari Bellatrix. Teriakan Neville sepertinya telah menyadarkan Ron akan prioritasnya. Membalikkan tubuhnya, dia segera berteriak.

“Stupefy!”

Hanya saja, Harry juga berteriak “Expelliarmus!” pada Bellatrix bersamaan dengan Ron. Dua sinar yang melaju cepat menuju Bellatrix membuatnya kaget. Ia berhenti menyiksa Neville dan menyahut “Protego!”. Mantra itu berhasil menangkis pembius Ron, namun sesaat kemudian tongkat sihir Bellatrix terlempar melewati kepalanya sendiri. Terperangah, ia berlari meraih kembali tongkat sihirnya. Namun Ron tidak begitu saja membiarkan Bellatrix lolos. Seakan dia juga kehilangan tongkat sihirnya, Ron menerjang Bellatrix dengan kedua tangannya.

“Ron!” Harry terpana menyaksikan perkelahian Muggle itu. Jika keadaan tidak seserius sekarang, Ron akan terlihat lucu sekali. Tapi tampaknya Ron hendak melukai Bellatrix sampai separah mungkin karena telah menyihir Hermione.

“Katakan apa yang kau lakukan pada Hermione! Pelahap Maut busuk!” seru Ron sembari membabakbelurkan Bellatrix yang merintih kesakitan. Harry mengacungkan tongkatnya dengan hati-hati pada Bellatrix, bermaksud untuk mengamankan Bellatrix, tapi Ron tampaknya tidak akan berhenti. Di luar dugaan Harry, Ron terlempar seolah-olah dia menerima sengatan listrik dari tubuh Bellatrix, tepat pada saat Bellatrix meraung “Minggir!”

Harry yang takut Bellatrix akan ber-Apparate, segera mengacungkan tongkatnya. Sinar merah keemasan yang meliuk seperti ular menjalar cepat membentuk rantai dan mengikat Bellatrix tetap di tempatnya. Ikatan anti-Apparate itu tampaknya berhasil mengamankan satu-satunya pelahap maut yang masih sadar di markas itu.

Tanpa melepaskan pandangannya pada Bellatrix yang menggelepar-gelepar, Harry berkata pada Ron, “Kau tidak apa-apa?”

Ron menggeleng. Ia lalu menghampiri Hermione lagi. Harry membantu Neville untuk berdiri.
“Dia masih bernafas. Atau kukira begitu.” Ron meraba denyut nadi Hermione dengan penuh kecemasan terlukis di wajahnya.

“Ron, bawalah Hermione ke Spinner’s End. Snape ada di sana mengobati Malfoy. Dia akan tahu apa yang mesti dilakukan untuk menyadarkan Hermione. Aku akan mencari tahu dimana Voldemort sekarang.” Sahut Harry sambil menatap Bellatrix.

“Baiklah.” Ron merangkul Hermione, bersiap-siap untuk ber-Apparate bersamanya, ketika Harry berteriak,

“Neville!”

Neville sudah melepaskan dirinya dari pegangan Harry. Ia menuju Bellatrix, yang menatap balik dengan kadar kebencian besar yang sama.

“Crucio!” seru Neville mengacungkan tongkatnya tepat pada Bellatrix, yang mulai berteriak kesakitan. Suaranya mengaung membuat bulu kuduk berdiri.

“Neville!!! Kita butuh dia hidup-hidup!” Harry berteriak pada Neville. Ia tahu benar kerongkongannya sakit bukan main.

“Aku tahu, toh dia tidak akan mati.” Kata Neville dengan nada penuh kesakitan.

“Neville, hentikan! Ini kutukan yang ilegal!” kali ini Ron yang berbicara, tampaknya tindakan mendadak Neville telah membuatnya menunda ber-Apparate.

“Biarkan aku, Harry!” seru Neville yang terus mengacungkan tongkatnya pada Bellatrix, yang sekarang menggelepar-gelepar di tanah sambil berteriak sampai ke ujung batas suaranya. “Dia pantas menerima ini.”

Harry tahu dia harus menghentikan Neville yang terbawa emosi, sebelum Bellatrix kehilangan kewarasannya dan keberadaan Voldemort ikut hilang bersamanya.

BAM! Tubuh Neville terangkat dan terbalik seakan ada tangan besi besar menggantungnya pada mata kakinya. Tongkat Neville terjatuh dan suara Bellatrix mengecil menjadi rintihan.

“Lepaskan aku, Harry!”

“Maaf, Neville. Aku terpaksa. Kau tidak membe..”

“Perempuan ini membuat Mum and Dad menjadi gila! Perempuan ini menghancurkan hidupku! Aku tidak akan berhenti sampai dia kubunuh. Kau tidak tahu bagaimana rasanya melihat ibumu sendiri tidak mengenalmu, Harry. Kau tidak tahu...”

Harry terdiam melihat Neville yang hampir menangis sambil tergantung di udara. Harry berkata dalam pikirannya, “Liberacorpus!”, dan Neville jatuh tersungkur. Mukanya menghadap tanah. Ia menumbuk tanah dengan kepalannya.

“Neville... Aku tahu apa yang dia lakukan pada orangtuamu. Tapi kita masih butuh dia untuk Voldemort.” Sahut Ron tiba-tiba. Dia mendekati Neville dan membantu dia berdiri. Harry memberikan kembali tongkat Neville padanya, tahu setelah ini, Neville tidak akan bertindak gegabah lagi. Lagipula, Harry yakin Neville tahu betapa pentingnya menyingkirkan Voldemort.

“Dimana Voldemort?” tanya Neville kasar pada Bellatrix.

“Ha.. ha.. ha..” Perempuan itu tertawa licik walaupun nafasnya tersengal-sengal. “Kau boleh bertanya kepadaku berapa kalipun kau suka, aku tidak akan memberitahumu. Kalian semua akan mati di tangan Pangeran Kegelapan. Penyihir-penyihir bodoh.”

“Jika Voldemort tidak ada di markasnya, dimanakah dia? Kemanakah Lupin dan Sirius pergi?” tanya Harry keras, terdengar lebih kepada dirinya sendiri daripada ke orang lain.

“Sirius berkata padaku kalau dia dan Lupin sudah menemukan lokasi Nagini, dan dia akan menghancurkan Horcrux itu. Aku ragu Voldemort berada jauh dari ular itu. Jika mereka menemukan Nagini, maka mereka menemukan Voldemort.” Kata Ron serius.

“Iya, aku tahu itu Ron. Tak kusangka Sirius tidak melibatkanku dalam hal sepenting ini.” Sela Harry.

“Harry, kau tahu Sirius tidak mau kau mengejar Voldemort sendirian.”

“Nah, dia salah lagi, karena aku pasti akan mengejar Voldemort. Aku tidak mau Sirius meninggalkanku lagi.”

“Haha.. tak kusangka Black bodoh itu bisa selamat dari lembah kematian. Seharusnya aku menggunakan Avada Kedavra saat itu.” Kata Bellatrix tiba-tiba.

“Neville, ambilkan veritaserum dari kantong Hermione. Kita akan butuh itu.” Sahut Harry dengan tegas. Neville bergegas menghampiri Hermione. Ron menyusulnya.

Kemudian beberapa kejadian terjadi begitu cepat, bekas luka Harry seperti mau terbelah karena sakitnya. Harry berlutut ditanah. Tersungkur dengan kedua tangan menyentuh keningnya. Pandangannya menjadi kabur, tapi dia bisa melihat sesosok penyihir dengan kekuatan hitam kuat muncul mendadak tidak jauh dari tempat Neville dan Ron.

“RON!!” teriak Harry.

Voldemort menghempaskan Neville dan Ron dengan satu belaian tongkatnya. Mereka berdua terlempar menumbuk dinding rumah beton dan pingsan. Mata Harry melihat kedua temannya dengan ngeri. Namun, dia juga dapat melihat kalau Voldemort sedang terluka. Darah mengalir dari dada dan kedua kakinya. Dan dia tetap sama berbahayanya. Dimana Sirius? Dimana Lupin? Harry tidak melihat Nagini. Voldemort tampaknya kembali ke markas seorang diri.

Mata Voldemort dengan cepat menyapu ruangan. Dia melihat markas pelahap maut yang sudah hancur, kedua Carrow sudah kalah. Satu terlilit tanaman ganas, satu pingsan tersihir. Dia melihat Bellatrix yang terikat dan berkata “Tuan, kau datang.”

Lalu dia melihat Harry.

Voldemort menembakkan sinar merah kuat ke arah Harry tanpa basa basi. Harry meraih tongkat Bellatrix dan berseru “Protego!”

Mantra pelindung Harry menahan Harry dari akibat terburuk yang dapat ditimbulkan kutukan Voldemort. Walaupun dengan mantra pelndung, Harry terdorong ke belakang dan ia sempat berjungkir balik sebelum wajahnya menyentuh tanah.

Voldemort tergopoh-gopoh mendekati Bellatrix dan melepaskan ikatan emas yang tadi diciptakan Harry. Bellatrix terbebas.

“Kau mengecewakanku lagi, Bella. Markas Pelahap Maut...”

“Tuan, mereka muncul tanpa kami sadari... Amycus, dia..”

“Mereka cuma anak 17 tahun! Biar kuperlihatkan padamu bagaimana membereskan mereka.”

Harry tahu Voldemort akan membunuh Ron atau Neville dulu. Ia bangkit dan menyahut “Stupefy!”

Mantra Harry meleset hanya beberapa senti dari Voldemort. Namun itu cukup untuk membuat Voldemort berpaling pada Harry. Tongkat Voldemort kelihatan seperti memanjang dan bersinar hijau terang. Lalu suatu kumpulan sinar seperti cambuk hidup menyerang Harry. Bersamaan dengan itu, Voldemort menghilang dan muncul di atas Harry sama seperti ketika ia melawan Dumbledore dulu.

Harry melambaikan tongkatnya.

“Protego!” Mantra itu tidak bisa menolongnya. Tubuh Harry bagaikan diiris puluhan pisau tajam. Cambuk itu menyayat tubuh Harry dengan tiada ampun. Harry dapat merasakan darahnya memancar keluar dari setiap inchi tubuhnya. Tapi dia tahu bahaya yang sebenarnya ada diatasnya, ketika Voldemort muncul dengan mendadak lima meter diatasnya. Harry tidak bisa melakukan apapun. Tidak ada Fawkes atau Dumbledore yang dapat menolongnya sekarang. Ia akan mati seperti ini, setelah semua perjuangan Dumbledore.

Tiba-tiba terdengar teriakan di ujung sana. Harry tahu suara itu.

“Impedimenta!” Voldemort terdorong mundur.

Harry berpaling dan melihat Hermione berdiri dengan nafas berat. Tongkat Hermione teracung, namun ia kehilangan kekuatan dan jatuh kembali.

Voldemort kembali datang beraksi. Harry yang sudah lemah mengangkat tubuhnya dan tongkat sihir milik Bellatrix. Menggunakannya, ia berteriak “Sectumsempra!”

Voldemort menangkis sayatan pisau kasat-mata Harry. Lalu sebuah sinar merah mendorong jatuh Voldemort. Harry berbalik untuk melihat siapa yang membantunya.

“Minggir Potter!”

Snape berlari ke arahnya. Voldemort berdiri dan siap melawan Snape. Snape menghilang dan muncul dengan sangat cepat di sekeliling Voldemort. Setiap kali dia muncul, sebuah sinar menyerang Voldemort.

Voldemort menangkis beberapa sinar itu dan kemudian menghilang. Snape berdiri tenang melihat ke sekeliling. Suasana bergeming. Bellatrix hanya bisa berdiri melihat semuanya tanpa tongkat sihir.

Lalu dari langit yang gelap, mendadak muncul lima bayangan hitam yang menyerupai asap. Berbentuk seperti jubah terbang, kelima bayangan itu datang mengepung Snape dari segala arah.

“Inilah bayaran seorang pengkhianat, Snape!” terdengar suara Voldemort entah dari mana.

Snape tidak terdiam. Ia mengangkat tongkatnya vertikal ke langit dan berseru dengan suara tanpa ketakutan.

“Expecto Patronum!”

Seekor elang raksasa keluar dan menyapu semua bayangan hitam itu. Semuanya begitu menyilaukan. Harry tidak bisa melihat dimana Snape, apalagi Voldemort.

Lalu Harry mendengar Voldemort berkata, “Ayo, Bella.” Harry berpaling cepat ke arah Bellatrix berdiri, tidak jauh dari tempat Neville tadi terlempar. Neville dan Ron tidak ada di sana lagi. Neville sedang mencegah Bellatrix ber-Apparate, namun Voldemort muncul di depan Neville dan berseru, “Avada Kedavra!”

Ron melemparkan diri mendorong Neville. Kejadiannya sangat cepat. Harry melihat tubuh Ron terlempar seperti Cedric Diggory. Harry tidak dapat mempercayai matanya.

“RON!!! RON!!”

Harry berlari mengejar Voldemort, tapi Voldemort telah ber-Apparate bersama Bellatrix.
Mata Hermione terpaku pada tubuh Ron yang terhampar ditanah.

“Ron?” sahutnya pelan dan penuh ketakutan.

Neville mengangkat tubuhnya berdiri. Dia melihat Ron dengan penuh rasa bersalah. Harry melemparkan tubuhnya ke sisi Ron. Sesaat kemudian, Hermione melakukan hal yang sama. Wajah Ron menyiratkan ketakutan yang mendalam. Tapi matanya sudah kosong.

Harry tidak mau mempercayai semuanya. Ron tidak boleh mati. Ron tidak boleh mati.
Tapi Ron tidak bergerak lagi. Dia berbaring dengan mata terbuka. Hermione memeluk tubuh Ron dan tidak berhenti mengucap namanya.

“Oh Ron. Ron... Jangan tinggalkan aku. Ron...”

Harry berlutut di samping Ron. Tertunduk.
---o()O()o---
to be continued...