Wednesday, April 11, 2007

DH - Fight of The Prince

Rating: kayaknya PG-13 (untuk beberapa kekerasan dan siksaan)
Disclaimer: Semua punya JKR kecuali ide cerita.
Character: Harry Potter, Ron Weasley, Hermione Granger, Neville Longbottom, Lord Voldemort, Bellatrix Lestrange, Severus Snape.


Harry Potter, names, characters and related indicia
are copyright and trademark Warner Bros., 2000

----------------------------------------------------------------


Author's note : Ini adalah chapter kedua terakhir dalam FF Harry Potter and the Deathly Hallows versi gw. So bakal ada chapter-chapter berikutnya nanti (mungkin Chapter-chapter sebelumnya atau lanjutannya)

----------------------------------------------------------------

---Chapter kedua dari terakhir---
Fight of the Prince


Tubuh Hermione terangkat keatas dengan gemulai, seakan dalam gerak lambat Harry melihatnya. Dengan penuh kengerian, Harry teringat akan Katie Bell di Hogsmeade lebih dari setahun lalu. Belum sempat Harry mencerna ketakutannya, tubuh Hermione kemudian terlempar keluar dari pandangan seakan ditelan oleh sinar merah yang dipancarkan dari tongkat sihir Bellatrix.

“HERMIONE!!!” Ron berteriak parau. Dia bangkit dan menyangga tubuhnya dengan kedua kakinya yang terluka. Dia mengacungkan tongkatnya dengan garang dan gegabah ke arah Bellatrix, seperti seekor banteng yang mengamuk. Ron tidak menyadari, tampaknya, bahwa Alecto sudah juga bangkit dan sedang menolehkan tongkatnya pada Ron.

“Ron! Awas!” Neville berlari mendekati Ron. Tongkatnya teracung siap di tangan kirinya. “Oppugno!”

Sekumpulan silir tumbuhan liar menerjang pelahap maut itu sebelum sempat mengutuk Ron, lalu mengikatnya dengan liar jauh lebih kuat daripada Devil’s Snare. Ron tampaknya tidak menyadari Neville baru saja menyelamatkan dirinya. Harry melihat ia berlari menghampiri tubuh Hermione yang sekarang tergeletak diam.

“Hermione! Oh, Tidak! Hermione!” Ron mengguncang-guncang bahu Hermione tanpa hasil. “Ennervate! Hermione! Bangunlah.”

Harry yang sedang berada sepuluh meter dari tubuh Hermione tidak bisa berpaling terlalu lama. Kutukan yang diluncurkannya pada Amycus berhasil terelakkan. Amycus tersenyum licik.

“Cuma ini kah kemampuanmu, Potter? Pangeran Kegelapan selalu mau menghabisimu sendirian, semula aku kira kau lebih ‘spesial’ dari penyihir biasa. Ternyata kau tidak lain hanya seorang penyihir bodoh yang mencoba menyerang markas Pelahap Maut dengan bantuan segerombolan anak sekolahan. Langkah bodoh, Potter. Kau sama saja dengan bunuh diri!” Ia mengerahkan kutukan kematian pada Harry, yang sudah siap dengan serangan Amycus. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan Amycus agar bisa mengecek Hermione atau membantu Neville yang sudah mulai bertarung melawan Bellatrix.

Harry menghilang dari hadapan Amycus bahkan sebelum dia selesai mengucapkan mantra pembunuhnya. Harry muncul diatas tumpukan bangunan tidak jauh di sebelah Amycus yang ternyata tidak menyangka Harry akan ber-Apparate. Harry mempergunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

“Stupefy!” seru Harry. Amycus terlempar dan tumbang tak sadarkan diri. “Kau terlalu banyak bicara.”

Tanpa membuang waktu lagi, Harry berlari menuju Hermione dan Neville, yang jatuh hilang keseimbangan karena menghindari mantra berwarna kuning yang misterius milik Bellatrix.

“Hahaha... Kau pikir kau akan bisa mengalahkanku dengan kekuatan lemah seperti itu Longbottom?” Seru Bellatrix meremehkan ketika dia menghancurkan silir tumbuhan Neville dengan tongkat sihirnya yang dipegang erat dengan kedua tangannya. Neville bangkit lagi dengan nafas tersengal-sengal. Muka bundarnya mengerut penuh kebencian dan kemarahan.

“Expelliar...” Mantra Neville ditepis Bellatrix dengan mudah. “Kau tidak akan bisa mengalahkanku, bodoh! Crucio!”

“Arrrgggghhh!! Arrggh!”

Untuk kedua kalinya, Neville mendapat kutukan yang sama dari Bellatrix. Teriakan Neville sepertinya telah menyadarkan Ron akan prioritasnya. Membalikkan tubuhnya, dia segera berteriak.

“Stupefy!”

Hanya saja, Harry juga berteriak “Expelliarmus!” pada Bellatrix bersamaan dengan Ron. Dua sinar yang melaju cepat menuju Bellatrix membuatnya kaget. Ia berhenti menyiksa Neville dan menyahut “Protego!”. Mantra itu berhasil menangkis pembius Ron, namun sesaat kemudian tongkat sihir Bellatrix terlempar melewati kepalanya sendiri. Terperangah, ia berlari meraih kembali tongkat sihirnya. Namun Ron tidak begitu saja membiarkan Bellatrix lolos. Seakan dia juga kehilangan tongkat sihirnya, Ron menerjang Bellatrix dengan kedua tangannya.

“Ron!” Harry terpana menyaksikan perkelahian Muggle itu. Jika keadaan tidak seserius sekarang, Ron akan terlihat lucu sekali. Tapi tampaknya Ron hendak melukai Bellatrix sampai separah mungkin karena telah menyihir Hermione.

“Katakan apa yang kau lakukan pada Hermione! Pelahap Maut busuk!” seru Ron sembari membabakbelurkan Bellatrix yang merintih kesakitan. Harry mengacungkan tongkatnya dengan hati-hati pada Bellatrix, bermaksud untuk mengamankan Bellatrix, tapi Ron tampaknya tidak akan berhenti. Di luar dugaan Harry, Ron terlempar seolah-olah dia menerima sengatan listrik dari tubuh Bellatrix, tepat pada saat Bellatrix meraung “Minggir!”

Harry yang takut Bellatrix akan ber-Apparate, segera mengacungkan tongkatnya. Sinar merah keemasan yang meliuk seperti ular menjalar cepat membentuk rantai dan mengikat Bellatrix tetap di tempatnya. Ikatan anti-Apparate itu tampaknya berhasil mengamankan satu-satunya pelahap maut yang masih sadar di markas itu.

Tanpa melepaskan pandangannya pada Bellatrix yang menggelepar-gelepar, Harry berkata pada Ron, “Kau tidak apa-apa?”

Ron menggeleng. Ia lalu menghampiri Hermione lagi. Harry membantu Neville untuk berdiri.
“Dia masih bernafas. Atau kukira begitu.” Ron meraba denyut nadi Hermione dengan penuh kecemasan terlukis di wajahnya.

“Ron, bawalah Hermione ke Spinner’s End. Snape ada di sana mengobati Malfoy. Dia akan tahu apa yang mesti dilakukan untuk menyadarkan Hermione. Aku akan mencari tahu dimana Voldemort sekarang.” Sahut Harry sambil menatap Bellatrix.

“Baiklah.” Ron merangkul Hermione, bersiap-siap untuk ber-Apparate bersamanya, ketika Harry berteriak,

“Neville!”

Neville sudah melepaskan dirinya dari pegangan Harry. Ia menuju Bellatrix, yang menatap balik dengan kadar kebencian besar yang sama.

“Crucio!” seru Neville mengacungkan tongkatnya tepat pada Bellatrix, yang mulai berteriak kesakitan. Suaranya mengaung membuat bulu kuduk berdiri.

“Neville!!! Kita butuh dia hidup-hidup!” Harry berteriak pada Neville. Ia tahu benar kerongkongannya sakit bukan main.

“Aku tahu, toh dia tidak akan mati.” Kata Neville dengan nada penuh kesakitan.

“Neville, hentikan! Ini kutukan yang ilegal!” kali ini Ron yang berbicara, tampaknya tindakan mendadak Neville telah membuatnya menunda ber-Apparate.

“Biarkan aku, Harry!” seru Neville yang terus mengacungkan tongkatnya pada Bellatrix, yang sekarang menggelepar-gelepar di tanah sambil berteriak sampai ke ujung batas suaranya. “Dia pantas menerima ini.”

Harry tahu dia harus menghentikan Neville yang terbawa emosi, sebelum Bellatrix kehilangan kewarasannya dan keberadaan Voldemort ikut hilang bersamanya.

BAM! Tubuh Neville terangkat dan terbalik seakan ada tangan besi besar menggantungnya pada mata kakinya. Tongkat Neville terjatuh dan suara Bellatrix mengecil menjadi rintihan.

“Lepaskan aku, Harry!”

“Maaf, Neville. Aku terpaksa. Kau tidak membe..”

“Perempuan ini membuat Mum and Dad menjadi gila! Perempuan ini menghancurkan hidupku! Aku tidak akan berhenti sampai dia kubunuh. Kau tidak tahu bagaimana rasanya melihat ibumu sendiri tidak mengenalmu, Harry. Kau tidak tahu...”

Harry terdiam melihat Neville yang hampir menangis sambil tergantung di udara. Harry berkata dalam pikirannya, “Liberacorpus!”, dan Neville jatuh tersungkur. Mukanya menghadap tanah. Ia menumbuk tanah dengan kepalannya.

“Neville... Aku tahu apa yang dia lakukan pada orangtuamu. Tapi kita masih butuh dia untuk Voldemort.” Sahut Ron tiba-tiba. Dia mendekati Neville dan membantu dia berdiri. Harry memberikan kembali tongkat Neville padanya, tahu setelah ini, Neville tidak akan bertindak gegabah lagi. Lagipula, Harry yakin Neville tahu betapa pentingnya menyingkirkan Voldemort.

“Dimana Voldemort?” tanya Neville kasar pada Bellatrix.

“Ha.. ha.. ha..” Perempuan itu tertawa licik walaupun nafasnya tersengal-sengal. “Kau boleh bertanya kepadaku berapa kalipun kau suka, aku tidak akan memberitahumu. Kalian semua akan mati di tangan Pangeran Kegelapan. Penyihir-penyihir bodoh.”

“Jika Voldemort tidak ada di markasnya, dimanakah dia? Kemanakah Lupin dan Sirius pergi?” tanya Harry keras, terdengar lebih kepada dirinya sendiri daripada ke orang lain.

“Sirius berkata padaku kalau dia dan Lupin sudah menemukan lokasi Nagini, dan dia akan menghancurkan Horcrux itu. Aku ragu Voldemort berada jauh dari ular itu. Jika mereka menemukan Nagini, maka mereka menemukan Voldemort.” Kata Ron serius.

“Iya, aku tahu itu Ron. Tak kusangka Sirius tidak melibatkanku dalam hal sepenting ini.” Sela Harry.

“Harry, kau tahu Sirius tidak mau kau mengejar Voldemort sendirian.”

“Nah, dia salah lagi, karena aku pasti akan mengejar Voldemort. Aku tidak mau Sirius meninggalkanku lagi.”

“Haha.. tak kusangka Black bodoh itu bisa selamat dari lembah kematian. Seharusnya aku menggunakan Avada Kedavra saat itu.” Kata Bellatrix tiba-tiba.

“Neville, ambilkan veritaserum dari kantong Hermione. Kita akan butuh itu.” Sahut Harry dengan tegas. Neville bergegas menghampiri Hermione. Ron menyusulnya.

Kemudian beberapa kejadian terjadi begitu cepat, bekas luka Harry seperti mau terbelah karena sakitnya. Harry berlutut ditanah. Tersungkur dengan kedua tangan menyentuh keningnya. Pandangannya menjadi kabur, tapi dia bisa melihat sesosok penyihir dengan kekuatan hitam kuat muncul mendadak tidak jauh dari tempat Neville dan Ron.

“RON!!” teriak Harry.

Voldemort menghempaskan Neville dan Ron dengan satu belaian tongkatnya. Mereka berdua terlempar menumbuk dinding rumah beton dan pingsan. Mata Harry melihat kedua temannya dengan ngeri. Namun, dia juga dapat melihat kalau Voldemort sedang terluka. Darah mengalir dari dada dan kedua kakinya. Dan dia tetap sama berbahayanya. Dimana Sirius? Dimana Lupin? Harry tidak melihat Nagini. Voldemort tampaknya kembali ke markas seorang diri.

Mata Voldemort dengan cepat menyapu ruangan. Dia melihat markas pelahap maut yang sudah hancur, kedua Carrow sudah kalah. Satu terlilit tanaman ganas, satu pingsan tersihir. Dia melihat Bellatrix yang terikat dan berkata “Tuan, kau datang.”

Lalu dia melihat Harry.

Voldemort menembakkan sinar merah kuat ke arah Harry tanpa basa basi. Harry meraih tongkat Bellatrix dan berseru “Protego!”

Mantra pelindung Harry menahan Harry dari akibat terburuk yang dapat ditimbulkan kutukan Voldemort. Walaupun dengan mantra pelndung, Harry terdorong ke belakang dan ia sempat berjungkir balik sebelum wajahnya menyentuh tanah.

Voldemort tergopoh-gopoh mendekati Bellatrix dan melepaskan ikatan emas yang tadi diciptakan Harry. Bellatrix terbebas.

“Kau mengecewakanku lagi, Bella. Markas Pelahap Maut...”

“Tuan, mereka muncul tanpa kami sadari... Amycus, dia..”

“Mereka cuma anak 17 tahun! Biar kuperlihatkan padamu bagaimana membereskan mereka.”

Harry tahu Voldemort akan membunuh Ron atau Neville dulu. Ia bangkit dan menyahut “Stupefy!”

Mantra Harry meleset hanya beberapa senti dari Voldemort. Namun itu cukup untuk membuat Voldemort berpaling pada Harry. Tongkat Voldemort kelihatan seperti memanjang dan bersinar hijau terang. Lalu suatu kumpulan sinar seperti cambuk hidup menyerang Harry. Bersamaan dengan itu, Voldemort menghilang dan muncul di atas Harry sama seperti ketika ia melawan Dumbledore dulu.

Harry melambaikan tongkatnya.

“Protego!” Mantra itu tidak bisa menolongnya. Tubuh Harry bagaikan diiris puluhan pisau tajam. Cambuk itu menyayat tubuh Harry dengan tiada ampun. Harry dapat merasakan darahnya memancar keluar dari setiap inchi tubuhnya. Tapi dia tahu bahaya yang sebenarnya ada diatasnya, ketika Voldemort muncul dengan mendadak lima meter diatasnya. Harry tidak bisa melakukan apapun. Tidak ada Fawkes atau Dumbledore yang dapat menolongnya sekarang. Ia akan mati seperti ini, setelah semua perjuangan Dumbledore.

Tiba-tiba terdengar teriakan di ujung sana. Harry tahu suara itu.

“Impedimenta!” Voldemort terdorong mundur.

Harry berpaling dan melihat Hermione berdiri dengan nafas berat. Tongkat Hermione teracung, namun ia kehilangan kekuatan dan jatuh kembali.

Voldemort kembali datang beraksi. Harry yang sudah lemah mengangkat tubuhnya dan tongkat sihir milik Bellatrix. Menggunakannya, ia berteriak “Sectumsempra!”

Voldemort menangkis sayatan pisau kasat-mata Harry. Lalu sebuah sinar merah mendorong jatuh Voldemort. Harry berbalik untuk melihat siapa yang membantunya.

“Minggir Potter!”

Snape berlari ke arahnya. Voldemort berdiri dan siap melawan Snape. Snape menghilang dan muncul dengan sangat cepat di sekeliling Voldemort. Setiap kali dia muncul, sebuah sinar menyerang Voldemort.

Voldemort menangkis beberapa sinar itu dan kemudian menghilang. Snape berdiri tenang melihat ke sekeliling. Suasana bergeming. Bellatrix hanya bisa berdiri melihat semuanya tanpa tongkat sihir.

Lalu dari langit yang gelap, mendadak muncul lima bayangan hitam yang menyerupai asap. Berbentuk seperti jubah terbang, kelima bayangan itu datang mengepung Snape dari segala arah.

“Inilah bayaran seorang pengkhianat, Snape!” terdengar suara Voldemort entah dari mana.

Snape tidak terdiam. Ia mengangkat tongkatnya vertikal ke langit dan berseru dengan suara tanpa ketakutan.

“Expecto Patronum!”

Seekor elang raksasa keluar dan menyapu semua bayangan hitam itu. Semuanya begitu menyilaukan. Harry tidak bisa melihat dimana Snape, apalagi Voldemort.

Lalu Harry mendengar Voldemort berkata, “Ayo, Bella.” Harry berpaling cepat ke arah Bellatrix berdiri, tidak jauh dari tempat Neville tadi terlempar. Neville dan Ron tidak ada di sana lagi. Neville sedang mencegah Bellatrix ber-Apparate, namun Voldemort muncul di depan Neville dan berseru, “Avada Kedavra!”

Ron melemparkan diri mendorong Neville. Kejadiannya sangat cepat. Harry melihat tubuh Ron terlempar seperti Cedric Diggory. Harry tidak dapat mempercayai matanya.

“RON!!! RON!!”

Harry berlari mengejar Voldemort, tapi Voldemort telah ber-Apparate bersama Bellatrix.
Mata Hermione terpaku pada tubuh Ron yang terhampar ditanah.

“Ron?” sahutnya pelan dan penuh ketakutan.

Neville mengangkat tubuhnya berdiri. Dia melihat Ron dengan penuh rasa bersalah. Harry melemparkan tubuhnya ke sisi Ron. Sesaat kemudian, Hermione melakukan hal yang sama. Wajah Ron menyiratkan ketakutan yang mendalam. Tapi matanya sudah kosong.

Harry tidak mau mempercayai semuanya. Ron tidak boleh mati. Ron tidak boleh mati.
Tapi Ron tidak bergerak lagi. Dia berbaring dengan mata terbuka. Hermione memeluk tubuh Ron dan tidak berhenti mengucap namanya.

“Oh Ron. Ron... Jangan tinggalkan aku. Ron...”

Harry berlutut di samping Ron. Tertunduk.
---o()O()o---
to be continued...

No comments: